MANE"E, Ikon Kearifan Lokal Masyarakat Talaud - '

Info admin : website BPLH Kab. Kepl. Talaud masih dalam proses pembuatan/meintanance, terima kasih

Headlines News :
Home » » MANE"E, Ikon Kearifan Lokal Masyarakat Talaud

MANE"E, Ikon Kearifan Lokal Masyarakat Talaud

Written By BPLH Kabupaten Talaud on Kamis, 27 Desember 2012 | 04.31

Jarang ada penangkapan ikan yang didahului dengan menggiring ikan menggunakan rotan yang diikat janur dan dilakukan beramai-ramai dari kedalaman tiga meter, kemudian dikurung di lokasi tertentu di pesisir pantai. Peristiwa unik tersebut masih dilakukan masyarakat pada sejumlah pulau di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara.
Masyarakat Talaud menyebutnya Mane’e. Mane’e memang sungguh istimewa. Mane’e adalah sebuah tradisi turun-temurun menangkap ikan tradisional, yang digelar sekali dalam setahun di Pulau Intata, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.
Warga setempat mengartikan Mane’e sebagai melaksanakan sesuatu atas dasar kerja sama, kebersamaan, dan persatuan. Semangat kebersamaan inilah yang kemudian menjadi inspirasi warga Pulau Intata-Kakorotan, menangkap ikan tanpa menggunakan bom atau racun seperti yang biasa dilakukan nelayan di tempat lain.Keistimewaan lain, misalnya, penentuan waktu acara Mane’e didasarkan pada perhitungan gerakan bintang dan pasang-surut tertinggi air laut. Biasanya dilakukan di Bulan Mei.
Menurut Yusuf  Talau, pria unsur warga Desa Kakorotan, di bulan ini biasanya air akan surut pada titik terendah sehingga hamparan terumbu karang (nyare, sebutan warga), tampak jelas dan tidak tertutup seluruhnya oleh air laut.Pukul 11.00-12.00 WITA menjadi titik terendah air surut di Pulau Intata dan beberapa pulau lainnya yang berdekatan.
Sehari sebelum tradisi mane’e dimulai, warga dipimpin seorang ratumbanua atau tua-tua adat setempat menggelar sebuah ritual adat yang disebut malahaan atau sebuah upacara syukur.Setelah ikan digiring dengan janur yang terikat pada rotan ke sebuah kolam di dekat pantai, semua warga masyarakat diizinkan menangkapnya dengan tangan.
Ribuan orang yang mengikuti upacara adat Mane’e ini kemudian menyerbu ke lokasi yang telah dikurung janur. Tua-muda, pejabat atau orang biasa, larut dalam suasana ini."Hasil tangkapan ikan akan dikumpul, dibagi kepada tamu dan warga yang ikut proses adat mane’e," kata Martin L Binambuni, Camat Nannusa.Martin menambahkan,
Dari sembilan lokasi di Pulau Intata dan sekitarnya satu lokasi di antaranya penangkapan ikan hanya dibolehkan sekali dalam setahun saat acara Mane’e. Luas setiap lokasi berkisar enam sampai delapan hektar. Di luar lokasi Mane’e, nelayan tetap boleh menangkap ikan sepanjang tahun.
Keseriusan Pemerintah Daerah
Seiring dengan perkembangan zaman, Mane’e pun menjadi populer di berbagai pelosok dunia. Bahkan, kemudian berubah menjadi ikon pariwisata di Kepulauan Talaud. Apalagi, tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun itu tidak dijumpai di daerah lain.
Hal inilah yang mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud untuk terus melestarikan tradisi Mane’e sebagai ikon wisata dan kearifan lokal masyarakat Talaud. Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Talaud, Djemi Gagola, prosesi adat Mane’e, yang kemudian dikemas menjadi sebuah festival yang selanjutnya mendatangkan ribuan orang, harus digarap serius. Sarana pendukung pariwisata dengan kemudahan-kemudahan akses transportasi akan memberikan kenyamanan kepada wisatawan.
Dia mengakui, fasilitas yang dibangun di Pulau Intata belum lengkap dan seiring waktu masih perlu pengembangan-pengembangan menjadi daerah wisata yang menjanjikan di waktu mendatang. Menurut dia, banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Talaud, dan Pulau Intata khususnya, tak sebanding dengan Bali dan tempat tujuan wisata lainnya di luar Sulawesi Utara.
Namun, dia yakin, apabila pemerintah membangun fasilitas serta infrastruktur pendukung pariwisata dan sukses melakukan promosi wisata di berbagai negara dan perhelatan, Pulau Intata pasti akan dikunjungi. “Tentu saja dukungan dari semupa pihak dalam hal pelestarian kebudayaan yang sungguh indah ini.
Eksistensi budaya Mane’e akan terus ada jika masih terdapat terumbu karang disana. Untuk itu pemerintah daerah juga akan menyiap regulasi yang tegas dalam upaya pelestarian dan penjagaan terhadap terumbu karang di Kepulauan Talaud. Kami bersama-sama warga, tetua adat, dan pemuka agama setampat akan terus mengupayakan itu,” papar Djemi.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Follow

Masukan username dan password anda untuk login


Berita Bola

Berita Populer

Menurut anda website ini?

Total jumlah pengunjung

 
Support : Creating Website | BPLH Kab. Talaud | Andre Sulung

Copyright © 2012. ' - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Andre Sulung